Yudi Wijaya

Simple and Fast

Sabtu, 04 Oktober 2014 di 19.42 Diposting oleh Unknown 0 Comments

A. Keunikan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah basaha no 1 di Negara kita, bukan hanya sekedar bahasa resmi negara ini tetapi ada hal-hal yang menarik dari Bahasa Indonesia itu sendiri, yaitu  :
 
1. Dijadikan Bahasa Resmi Ke-2 di Vietnam
 
Pemerintah Daerah Ho Chi Minh City, Vietnam, mengumumkan Bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua secara resmi pada bulan Desember 2007, kata seorang diplomat Indonesia. “Bahasa Indonesia sejajar dengan Bahasa Inggris, Prancis dan Jepang sebagai bahasa kedua yang diprioritaskan,­” kata Konsul Jenderal RI di Ho Chi Minh City untuk periode 2007-2008, Irdamis Ahmad di Jakarta pada Jumat.
 
Guna mengembangkan dan memperlancar studi Bahasa Indonesia, pihak Konsulat Jenderal Republik Indonesia di kota itu membantu berbagai sarana yang diperlukan beberapa universitas, kata Irdamis. Sarana yang dibantu antara lain peralatan komputer, alat peraga, bantuan dosen dan bantuan keuangan bagi setiap kegiatan yang berkaitan dengan upaya promosi Bahasa Indonesia di wilayah kerja universitas masing-masing.
 
Perguruan tinggi itu juga mengadakan lomba pidato dalam Bahasa Indonesia, lomba esei tentang Indonesia dan pameran kebudayaan. Universitas Hong Bang, Universitas Nasional HCMC dan Universitas Sosial dan Humaniora membuka studi Bahasa Indonesia. “Jumlah mahasiswa yang terdaftar sampai Nopember 2008 sebanyak 63 orang dan menurut universitas-uni­versitas itu, minat untuk mempelajari Bahasa Indonesia cenderung meningkat,” kata Irdamis. Ia berpendapat sebagian pemuda Vietnam melihat adanya keperluan untuk mempelajari Bahasa Indonesia, mengingat kemungkinan meningkatnya hubungan bilateral kedua negara yang berpenduduk terbesar di ASEAN di masa depan.

2. Bahasa Indonesia dipelajari lebih dari 45 Negara di dunia

Walaupun yang paling efektif merubah citra adalah merubah realitas, namun peran budaya dan bahasa Indonesia dalam diplomasi sangat krusial. Tingginya minat orang asing belajar bahasa dan budaya Indonesia harus disambut positif. Kalau perlu Indonesia menambah Pusat Kebudayaan Indonesia di sejumlah negara, guna membangun saling pengertian dan perbaiki citra .
 
Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Departemen Luar Negeri Andri Hadi mengemukakan hal itu ketika tampil pada pleno Kongres IX Bahasa Indonesia, yang membahas Bahasa Indonesia sebagai Media Diplomasi dalam Membangun Citra Indonesia di Dunia Internasional, Rabu (29/10) di Jakarta. “Saat ini ada 45 negara yang ada mengajarkan bahasa Indonesia, seperti Australia, Amerika, Kanada, Vietnam, dan banyak negara lainnya,” katanya. Mengambil contoh Australia, Andri Hadi menjelaskan, di Australia bahasa Indonesia menjadi bahasa populer keempat. Ada sekitar 500 sekolah mengajarkan bahasa Indonesia. Bahkan, anak-anak kelas 6 sekolah dasar ada yang bisa berbahasa Indonesia.
 
Untuk kepentingan diplomasi dan menambah pengetahuan orang asing tentang bahasa Indonesia, menurut Dirjen Informasi dan Diplomasi Deplu ini, modul-modul bahasa Indonesia di internet perlu diadakan, sehingga orang bisa mengakses di mana saja dan kapan saja.
 
Di samping itu, keberadaan Pusat Kebudayaan Indonesia di sejumlah negara sangat membantu dan penting. Negara-negara asing gencar membangun pusat kebudayaannya, seperti China yang dalam tempo 2 tahun membangun lebih 100 pusat kebudayaan. Sedangkan bagi Indonesia untuk menambah dan membangun Pusat Kebudayaan terkendala anggaran dan sumber daya manusia yang andal.
Dalam sesi pleno sebelumnya, Kepala Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Dendy Sugono yang berbicara tentang Politik Kebahasaan di Indonesia untuk Membentuk Insan Indonesia yang Cerdas Kompetitif di atas Fondasi Peradaban Bangsa, mengatakan, tuntutan dunia kerja masa depan memerlukan insan yang cerdas, kreatif/­inovatif, dan berdaya saing, baik lokal, nasional, maupun global.
 
Untuk memenuhi keperluan itu, sangat diperlukan keseimbangan penguasaan bahasa ibu (bahasa daerah), bahasa Indonesia, dan bahasa asing untuk mereka yang berdaya saing global, tandasnya. Dendy Sugono melukiskan, kebutuhan insan Indonesia cerdas kompetitif itu, untuk lo kal meliputi kecerdasan spiritual, keterampilan, dan bahasa daerah . Untuk kebutuhan nasional meliputi kecerdasan emosional, kecakapan, dan bahasa Indonesia. Sedangkan untuk global dibutuhkan kecerdasan intelektual, keunggulan, dan bahasa asing.

3. Wikipedia bahasa Indonesia yang menduduki peringkat ke 26 di dunia dan Terbesar Ketiga di Asia

Menulis ensiklopedia bebas di internet semakin digemari masyarakat Indonesia. Bahkan ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, Wikipedia Indonesia, telah menjadi ensiklopedia elektronik terbesar ketiga setelah Wikipedia berbahasa Jepang dan Mandarin. “Wikipedia Indonesia kini berada di peringkat 26 dari 250 Wikipedia berbahasa asing di dunia. Sedangkan di tingkat Asia kita berada di peringkat tiga, setelah Jepang dan Mandarin,” ujar Ivan Lanin, penggiat jumlah bertambahnya jumlah, di Jakarta, Selasa.
 
Menurut Ivan, yang sehari-hari bekerja sebagai dosen Information Communication Technology (ICT), Wikipedia Indonesia terus tumbuh pesat. “Kontributor semakin bertambah, demikian juga dengan artikelnya. Isinya juga semakin variatif,” katanya. Tingginya gairah penggiat ensiklopedia bebas itu juga tercermin dalam lokakarya “Menulis di Wikipedia Indonesia” yang digelar dalam rangkaian acara Indonesia Information Communication Technology (Indonesia ICT Awards) 2007 di Balai Sidang Jakarta.
 
“Tingginya peminat lokakarya ini, membuktikan semakin banyak orang yang tertarik untuk membagi pengetahuannya di Wikipedia,” ujar salah satu pengurus “Wikipedia Indonesia”, Revo A.G Soekatno di Jakarta, Selasa. Pria yang aktif di Wikipedia Indonesia sejak 2003 ini mengungkapkan pada hari pertama jumlah peserta mencapai lebih dari 40 orang sementara jumlah komputer yang disediakan untuk pelatihan sangat terbatas.
 
Setiap orang berhak menjadi peserta tanpa dipungut biaya dan mendapatkan suvenir dari panitia. “Jumlah yang mendaftar jauh lebih banyak lagi, tapi karena keterbatasan tempat dan perangkat komputer untuk pelatihan, maka pesertanya kami batasi. Bahkan ada banyak peserta yang tidak mendapat komputer pelatihan tetap menyatakan ikut serta,” ujar pria yang kini tengah menyelesaikan studi S-3 di Belanda ini.
 
Dalam pelatihan itu peserta belajar bagaimana menulis, menyunting, atau menambahkan informasi. Revo mengatakan ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia kini memiliki 69 ribu artikel dengan kontributor aktif sebanyak 30 orang. Termasuk di dalamnya adalah jajaran para pengurus sebanyak 14 orang. Meski mengalami perkembangan yang cukup pesat, ensiklopedia bebas ini beberapa kali bermasalah dalam hal informasi yang dituliskan kontributor. Yakni data dan fakta yang kurang akurat dan adanya konflik antarkontributo­r karena adanya pebedaan data dna pengertian. Isu tentang politik, agama, dan ekonomi adalah yang seringkali bermasalah dalam hal akurasi informasi. “Tantangan Wikipedia Indonesia kedepan adalah bagaimana meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan publik sebab informasi di Wikipedia Indonesia terus diperbarui setiap saat,” ujar Revo.

4. Bahasa Indonesia bahasa ketiga yang paling banyak digunakan pada wordpress

Fakta bahwa setelah Spanyol, Bahasa Indonesia adalah Bahasa yang menempati urutan ketiga yang paling banyak digunakan dalam posting-posting­ WordPress. Indonesia pun adalah negara kedua terbesar di dunia yang pertumbuhannya paling cepat dalam penggunaan engine blog itu. Dalam 6 bulan terakhir tercatat 143.108 pengguna baru WordPress dari Indonesia dan telah ada 117.601.633 kunjungan melalui 40 kota di Indonesia.
 
B. Kelemahan Bahasa Indonesia

Bahasa kita memiliki kelemahan dalam meneropong kondisi negara ini. Pertama, bahasa kita mengalami pembungkaman oleh kekuasaan. Semestinya, bahasa rakyat mestilah sampai ke istana-istana kekuasaan sehingga penguasa selalu bisa mendengar dan melaksanakan apa yang dituntut dan dikeluhkan oleh rakyat. Ini tidak terjadi pada kurun kekuasaan Soekarno dan Soeharto.
 
Retorika Soekarno telah menutup kemungkinan terjadinya imbal balik, dialog antara Presiden dan rakyatnya. Rakyat kebanyakan terkesima oleh kharisma Soekarno, dan manut. Namun, Soekarno juga begitu lihai. Kaum cendekiawan tidak bisa diperlakukan sama seperti rakyat jelata, karena mereka punya kemampuan bahasa. Maka pembredelan pers, pembubaran partai politik dan ormas, menjadi salah satu cara yang membuat bahasa Indonesia sebagai penyampai penderitaan rakyat dan pengawas kekuasaan menjadi begitu lemah. Bahasa Indonesia kemudian menjadi bahasa monolitik, menjelma menjadi bahasa kekuasaan bukan lagi bahasa rakyat.

Di masa Soeharto, kelemahan bahasa diperkukuh salah satunya oleh gerakan eufemisme, penghalusan bahasa. Ini terjadi karena begitu refresifnya kekuasaan yang dijalankan Soeharto sehingga bahasa rakyat yang sejatinya jujur, terbuka dan lugas, digantikan oleh bahasa-bahasa kaum hipokrit yang hanya berusaha menyenangkan kekuasaan Soeharto. Berseliwerannya idiom dan pepatah-pepatah misalnya saja seperti mukul dhuwur mendhem jero (memikul tinggi-tinggi, memendam dalam-dalam)  yang sejatinya mempunyai makna begitu halus dan tinggi, ternyata berhasil dimanipulasi oleh kekuasaan untuk kepentingan kekuasaan itu sendiri bukan untuk rakyat.
 
Di periode berikutnya, pasca reformasi, seolah-olah bahasa kembali mendapat tempat dalam kekuasaan dalam bingkai kebebasan dan transparansi. Namun, yang terjadi justru adalah pseudo, kepura-puraan dan manipulasi. Penguasa mengatakan akan memberantas dan memimpin sendiri terhadap praktek korupsi, tapi justru korupsi semakin “halal” saja. Kapankah kini media tidak menuliskan atau membacakan kata “korupsi” dalam pemberitaannya? Tidak seharipun. Tak hanya itu, kini, bahkan pemimpin negara pun lebih suka berbahasa asing daripada bahasa rakyatnya sendiri.
Kalaupun bahasa rakyat itu ada, dia menyempil, terpuruk di ujung lorong gelap negara ini. Bukankah munculnya citizen journalism (jurnalisme rakyat) merupakan salah satu perlawanan terhadap ketidakmampuan rakyat jelata untuk masuk menyuarakan diri dan perspektifnya dalam media-media mainstream?

Seperti juga Sazali, anak-anak bangsa telah menjadi durhaka. Ibu pertiwi telah lama mati, seperti juga Mahani (ibu Sazali), ketika Indonesia telah lahir. Kita dibesarkan oleh Hassan, seorang ayah yang melawan masa lalu penderitaannya dengan memanjakan anaknya. Kita dimanjakan oleh kekayaan alam yang sepertinya tak terbatas, yang tak kunjung bangkrut walau dijarah bergilir sudah dilakoni oleh elit negeri dan perampok asing.
 
Dengan bahasa, Hassan sebenarnya dapat mengendalikan anaknya. Demikian juga, bahasa Indonesia mestinya menjadi pengawal bangsa ini dan juga seperti dulu, pernah menjadi penggerak perubahan. Lihatlah ketika kata “merdeka” dipekikkan, serentak kita rela bertukar nyawa untuk itu. Mestinya, tiada kata secantik bahasa untuk memuji Indonesia. Mestinya.

SUMBER :

0 Responses so far.

Posting Komentar